Pesantren Al-Amanah Al-Gontory Gelar Skill Mengasuh Bersama Tim DEA, Upaya Tingkatkan Kualitas Pondok

0 Comments

Guna terus meningkatkan kualitas pondok, pesantren Al-Amanah Al-Gontory menggelar ‘Kelas Skill Mengasuh bersama Tim Dormitory Educator Academy (DEA)’ terhitung sejak Kamis hingga Sabtu, 20 sampai 22 Juli 2023 di Gedung Auditorium Al-Urwatul Wutsqo. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan kepengasuhan semua ustadz dan ustadzah Al-Amanah Al-Gontory.

Acara yang digelar dari pagi hingga sore hari tersebut mendatangkan Ustadz Ibrahim Mandres dan Ustadz Puguh Santoso (Mr. Poo) dari Tim DEA Kaffah Institute. Panitia penyelenggaranya adalah para ustadz dan ustadzah Al-Amanah Al-Gontory yang sudah mengikuti pelatihan DEA di Bogor dan menjadi alumni DEA serta staff pengasuhan santri. Tim alumni DEA tersebut setidaknya terdiri atas 20 orang yang berasal dari berbagai bagian seperti Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (TMI), Sumber Daya Manusia (SDM), pengasuhan santri, bendahara, hingga Gontory Media Center (GMC).

Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan dengan ketua panitia, Ustadzah Indi Cahya, S.Pd.I. M.Pd.I., kegiatan ini bermula dari pengalaman yang didapatkan oleh Tim Alumni DEA Al-Amanah Al-Gontory ketika mengikuti pelatihan. Mereka merasa para trainer sangat memotivasi serta pengalaman yang mereka bagikan yakni berupa pengalaman yang langsung berupa praktiknya. Setelahnya, tercetuslah keinginan untuk mengimplementasikan skill kepengasuhan tersebut di pondok.

Tak hanya itu, pimpinan pondok pesantren Al-Amanah Al-Gontory, K.H. Drs. Abdus Syakur, M.Pd., menggaris bawahi bahwa keterampilan mengasuh penting dimiliki oleh pengelola pesantren agar menjadikan pesantren tersebut menjadi lebih baik lagi. Sementara K.H. Aditia Warman, S.E. M.M., yang juga pimpinan pondok, menitikberatkan pada fakta bahwa guru Al-Amanah Al-Gontory adalah orang yang berpikiran terbuka atas segala ilmu yang ada termasuk ilmu kepengasuhan ini, sehingga terlaksanakan lah program pelatihan mengasuh bersama DEA untuk semua guru.

Alasan pemilihan semua guru menjadi peserta dari pelatihan ini adalah karena semua guru berinteraksi dengan santri. Mengasuh santri bukan hanya tanggung jawab dari kepengasuhan santri tapi juga semua ustadz dan ustadzah yang berinteraksi dengan santri. Terlebih lagi bagi para murobbi/murobbiyah, serta musyrif/musyrifah yang 24 jam berinteraksi dengan para santri.

Sementara itu, rangkaian acara dari kelas tersebut yakni pembukaan, pemberian materi oleh para mentor, foto bersama, hingga penutupan. Pemberian materi mengenai kepengasuhan mencakup berbagai aspek seperti seni memimpin, rapat kepengasuhan, manajemen masalah dan solusi, keterampilan menyusun perencanaan dan laporan, kunci-kunci kepengasuhan, dan cara agar terampil berkomunikasi.

Hasil dari pelatihan yang diberikan tersebut, ustadz dan ustadzah mendapatkan banyak ilmu baru untuk nantinya diimplementasikan ketika bersama dengan santri. Pendapat terkait pelatihan tersebut salah satunya disampaikan oleh Ustadzah Syaroh Ramadhanti, murobbiyah Aisyah 9.

Alhamdulillah saya mendapat pengalaman baru dan pengetahuan baru yang bisa saya aplikasikan dalam kehidupan di dalam pondok, di asrama, dan juga di masa yang akan datang. Insya Allah saya akan berusaha untuk memperbaiki karakter para anggota serta membantu kemajuan pondok,” ujarnya ketika diwawancarai saat acara berlangsung.

Hal yang paling berkesan dan ingin dia implementasikan adalah menggunakan pendekatan ‘hati ke hati’ ketika menghadapi berbagai masalah bersama anggota. Ustadzah Syaroh juga berniat akan menjalankan program baru di pondok.

“Saya ingin menjalankan program-program baru yang sebelumnya belum ada di pondok. Saya juga ingin menjadi peran seorang ibu, teman, motivator, kakak, sahabat, teman bermain bagi para anggota,” tuturnya.

Tak ketinggalan, tim panitia juga sudah memikirkan bagaimana nanti implementasi dari pelatihan ini untuk para guru. Ustadzah Indi menyebut akan ada beberapa pendampingan bagi para ustadz dan ustadzah, serta akan ada pelaporan sekaligus pengimplementasian dari pelaporan yang benar. Laporan tersebut termasuk data para santri yang lengkap dan mendalam.

Kemudian, masing-masing guru diharapkan memiliki target masing-masing dalam mengenal santri serta bisa menyikapi setiap masalah yang ada dengan baik.

“Setiap guru itu harus tahu bagaimana menyikapi sebuah masalah, bukan hanya menjadi orang yang tidak peka dengan permasalahan, tapi juga harus menciptakan kondisi agar masalah tersebut tidak terjadi,” jelasnya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Ibrahim Mandres, “Kita tidak mendapat apa yang kita inginkan, tapi kita mendapat apa yang kita lakukan.” Beliau mengingatkan bahwa kemajuan pondok nantinya tergantung pada implementasi materi yang sudah didapatkan. Semoga ikhtiar ini bisa menjadi satu langkah baik bagi Al-Amanah Al-Gontory yang terus berupaya meningkatkan kualitas dirinya.

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *