Public Speaking Competition 2023 Ponpes Al-Amanah Al-Gontory, Santri Berani Berpidato

Public Speaking Competition (PSC) atau lomba berpidato bagi santri rutin diadakan oleh Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory setiap tahunnya. Kali ini, rangkaian lomba tersebut diselenggarakan pada bulan Februari dan puncaknya terjadi pada Sabtu, 25 Februari 2023 lalu. Final PSC diadakan di Gedung Serbaguna Al-Amanah Al-Gontory bagi santri putra dan Masjid Aisyah bagi santri putri.
Pidato atau muhadhoroh merupakan salah satu pengajaran yang menjadi fokus di Al-Amanah Al-Gontory, terbukti dengan pemberian materi muhadhoroh sebanyak dua kali dalam seminggu. Tidak heran, setiap tahunnya ajang lomba ini selalu dihadirkan.
Salah satu alasan kenapa ajang ini rutin diadakan adalah menjadi ladang latihan santri dalam berpidato dengan isi disesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh Al-Qur’an. Hal itu sesuai dengan pernyataan Ustadzah Ega Davanty, S.Pd., selaku guru penanggung jawab bagian pidato.
“Tujuan jangka pendeknya yakni melatih santri pondok ini agar berani mengungkapkan kebenaran sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an,” ujarnya ketika diwawancarai di kawasan Ponpes Al-Amanah Al-Gontory putri.
“Hal ini juga sebagai usaha implementasi ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan dan menggunakan bahasa resmi di pondok ini,” terusnya.
Tak hanya tujuan jangka pendek, musyrifah bagian muhadhoroh tersebut juga menyampaikan keinginan terciptanya Mundziro Qoum (Perekat umat) dari santri Ponpes Al-Amanah Al-Gontory.
“Mempersiapkan santri menjadi Mundziro Qoum (perekat umat) yang kelak akan terjun di masyarakat menjadi seorang muslim intelek yang pandai dan berani mengatakan kebenaran atas dasar agama,” paparnya.
Terakhir, melalui agenda ini diharapkan dapat melahirkan da’i dan da’iah yang dapat meluruskan generasi bangsa.
PSC ini menjadi ajang kompetisi santri dalam berpidato menggunakan tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris. Para pesertanya yakni santri kelas 1 sampai 4 Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI).
Peserta tersebut dibagi menjadi dua kategori, yakni junior dan senior. Junior adalah lomba bagi santri yang berasal dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 1 taksifi. Sementara senior bagi santri kelas 3, kelas 3 taksifi, dan kelas 4.
Awalnya, masing-masing kelas memiliki perwakilan bagi setiap lomba, kemudian mereka akan mengikuti beberapa tahapan seleksi hingga akhirnya melaju ke babak final.
Lomba diadakan di dua tempat berbeda bagi santri putra maupun santri putri. Bapak pimpinan pondok, dewan guru TMI, serta seluruh santri hadir menjadi saksi perhelatan ini.
Tiga orang guru terpilih menjadi juri yang akan menilai penampilan santri dalam bentuk skor untuk masing-masing kriteria dalam kedua kategori. Nantinya, santri dengan skor tertinggi akan keluar menjadi pemenang.
Menariknya, kriteria dalam perlombaan ini meninjau dari berbagai aspek. Tak hanya dalam berpidato, namun ada banyak aspek lain yang juga menjadi penilaian sebelum seseorang terpilih menjadi juara.
Beberapa di antaranya seperti penampilan para santri, interaksi mereka dengan audiens, kepemilikan tutur kata yang bagus dan jelas, kepercayaan diri, serta manajemen waktu dalam berpidato.
Ustadzah Wardah Ulyana Wijaya, S.Pd., salah satu juri lomba tersebut memaparkan opininya mengenai kriteria yang diharapkan dari pemenang.
Menurutnya, tak hanya memiliki kemampuan public speaking yang bagus, namun seseorang tersebut harus bisa menyampaikan isi pidatonya kepada audiens.
“Pemenang harus memiliki kemampuan public speaking yang bagus, pembawaan yang bagus, percaya diri, dan terpenting pesan pidatonya tersampaikan kepada para penonton,” terangnya.
Guna mendapatkan penampilan terbaik tersebut, juri satu ini menyebut bahwa sebaiknya santri jangan hanya menghafal isi pidatonya saja.
“Agar peserta lebih percaya diri lagi, pahami apa yang ingin disampaikan sehingga tidak hanya menghafal karena public speaking intinya adalah menyampaikan pesan pidato kepada audiens,” sarannya.
Salah satu peserta yang berhasil mendapat skor tertinggi dari berbagai kriteria juri tersebut adalah Nidaul Hikmah, santri kelas 4 TMI yang berhasil menjuarai lomba pidato bahasa Arab untuk kategori senior.
Santri yang masuk kategori senior dalam perlombaan itu menyebutkan bahwa dia bisa mencapai titik tersebut melalui kemauan, kegigihan, serta doa yang senantiasa dia panjatkan.
Menurutnya, para santri dapat belajar untuk lebih percaya diri dan berani mengungkapkan isi pikiran mereka kepada pendengar melalui berpidato.
Tak hanya itu, dia juga merasakan lomba ini bermanfaat bagi para santri terutama dalam melatih keberanian mereka untuk berbicara di depan umum.
“Manfaat dari lomba ini adalah dapat menjadi contoh kepada anggota yang masih takut dalam berpidato dan agar mereka tidak menganggap itu menyeramkan,” jawabnya saat diwawancara usai lomba berlangsung.
Mengingat berbagai manfaat dari adanya muhadhoroh dan lomba ini, tak heran jika ada banyak harapan yang hadir.
Nidaul Hikmah mengungkapkan harapannya yang ia tujukan kepada teman-teman dan adik kelasnya nanti.
“Semoga para anggota lebih berani dan bersemangat dalam berpidato,” harapnya.
Terakhir, Ustadzah Ega Davanty juga menyampaikan harapannya dari para pemenang lomba ini.
“Kami berharap untuk para pemenang dapat menjadi motivasi da’i tauladan bagi santri Ponpes Al-Amanah Al-Gontory dalam berpidato khususnya,” pungkasnya.
***
Reporter: Hanun Aribah dan Kazilla Zamia (Santri Ponpes Al-Amanah Al-Gontory)